Makhluk hidup yang ada di bumi ini
sangat banyak dan beraneka ragam. Bahkan di tiap daerah memiliki jenis makhluk
hidup yang khas, yang tidak ditemukan di daerah lain. Adanya keanekaragaman
makhluk hidup ini menjadi suatu masalah dalam mengenal dan mempelajarinya. Oleh
karena itu, diperlukan suatu sistem yang mengatur keanekaragaman yang ada.
1. Sistem Klasifikasi Pra-Linnaeus
Sistem klasifikasi ini dilakukan dengan melihat kesamaan bentuk luar dari
tubuh makhluk hidup (morfologi). Makhluk hidup pada masa ini dibedakan menjadi
dua kelompok seperti konsep Aristoteles yang mengklasifikasikan makhluk hidup
menjadi 2 yaitu tumbuhan dan hewan. Hewan-hewan yang memiliki bentuk tubuh yang
sama dikelompokkan menjadi satu kelompok tersendiri. Selain itu hewan juga
dikelompokkan berdasarkan kegunaannya masing-masing. Pengelompokan hewan didasarkan
pada ciri-ciri lalu ditentukan macamnya dan diberikan nama sesuai dengan
isyarat yang dimiliki. Proses-proses ini dilakukan tanpa kesadaran dan
berlangsung dalam waktu yang sangat cepat. Pada masa pra-Linnaeus juga belum
ada publikasi tentang klasifikasi hewan.
2. Sistem Klasifikasi 2 Kingdom
Sistem ini dikembangkan oleh ilmuwan Swedia C. Linnaeus tahun
1735. Kelemahannya adalah penggolongan ini masih terlalu umum dan kurang
spesifik sehingga terdapat beberapa makhluk hidup lainnya yang tidak dapat digolongkan
dalam kedua kingdom ini. Kelebihan sistem ini pada saat itu adalah mampu
menggolongkan dua kelompok besar mahkluk hidup di bumi berdasarkan karakter
fisiknya yaitu tumbuhan dan hewan dan juga kedua kingdom ini merupakan kunci
atau pengarah utama menuju model-model kingdom lainnya.
3. Sistem Klasifikasi 3 Kingdom
1.
Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
2.
Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan)
3.
Kingdom Protista (Organisme bersel satu dan organisme
multiseluler sederhana)
Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke
dalam dua kerajaan yang dapat bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga
dan bakteri ke dalam divisi Thallophyta atau Protophyta. Namun ada beberapa
makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang dapat
bergerak, Euglena, dan jamur lendir yang mirip amuba. Karena dasar inilah,
Ernst Haeckel pada tahun 1866 menyarankan adanya kerajaan ketiga, yaitu
Protista untuk menampung makhluk hidup yang tidak memiliki ciri klasifikasi
yang jelas. Kerajaan ketiga in baru populer belakangan ini (kadang dengan
sebutan Protoctista). Protista adalah organisme yang memiliki sifat-sifat
tumbuhan dan hewan sekaligus.
Kelemahan sistem ini yaitu bakteri tidak dapat digolongkan ke dalam kingdom
protista, karena bakteri adalah organisme mikroskopis yang tidak memiliki inti
sel. Sehingga pengelompokan kingdom ini kurang sempurna. Kelebihan sistem
ini adalah organisme mikroskopis bersel satu atau multiseluler sederhana
dikelompokan kedalam kingdom tersendiri dan berbeda dari animalia atau plantae,
penyebabnya karena secara fisiologis, morfologisnya, dan anatomi, kingdom
protista memiliki perbedaan dari kedua kingdom lainnya.
4. Sistem Klasifikasi 4 Kingdom
1.
Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
2.
Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan)
3.
Kingdom Protista
4.
Kingdom Monera·Kingdom Fungi (Dunia Jamur)
Ada dua tokoh yang mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi sistem 4
kingdom yaitu Copeland dan Whittaker. Hanya saja dasar yang digunakan oleh
keduanya berbedasehingga dihasilkan klasifikasi makhluk hidup yang berbeda
pula. Copeland membagi menjadi empat Kingdom yaitu Monera, Protoctista,
Metaphyta dan Metazoa. Monera adalah organisme yang belum memiliki membran
inti dan membran organel sel atau bersifat prokariotik.
Berbeda dengan Protista/Protoctista yang bersifat Eukariotik. Metaphyta
adalah tumbuhan yang mengalami masa perkembangan embrio, begitu juga Metazoa
adalah kelompok hewan yang mengalami masa perkembangan embrio dalam siklus
hidupnya. Sedangkan Whittakers membagi hewan menjadi beberapa kingdom: Animalia,
Plantae, Fungi dan Protista.
Fungi dijadikan kingdom tersendiri karena fungi memiliki perbedaan dari
tumbuhan. Fungi bukan organisme autotrof layaknya tumbuhan melainkan organisme
yang heterotrof yaitu tidak dapat mensintesis makanannya sendiri. Jamur tidak
mencernakan makanan seperti yang binatang lakukan, atau pun membuat makanan
mereka sendiri seperti yang tumbuhan lakukan melainkan mereka mengeluarkan
enzim pencernaan di sekitar makanan mereka dan kemudian menyerapnya
(absorbsi)ke dalam sel.
5. Sistem Klasifikasi 5 Kingdom
Sistem ini dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Robert H. Whittaker tahun
1969 dengan mencirikan masing-masing kingdom sebagai berikut :
1.
Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof,
Uniseluler dan Multiseluler
2.
Protista : Eukariot, Autotrof dan Heterotrof,
Uniseluler dan Multiseluler
3.
Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan
Multiseluler
4.
Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler
5.
Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler
Kelebihan sistem ini adalah jamur digolongkan kedalam kingdom tersendiri
karena Jamur tidak mencernakan makanan seperti yang hewan lakukan, atau pun
membuat makanan mereka sendiri seperti yang tumbuhan lakukan melainkan mereka
mengeluarkan enzim pencernaan di sekitar makanan mereka dan kemudian menyerapnya
ke dalam sel. Begitu juga perbedaannya dengan monera jelas terlihat bahwa
kingdom fungi merupakan jenis organisme eukariot bukan prokariot. Dengan kata
lain kingdom ini melengkapi sistem klasifikasi kingdom sebelumny. Namun masih
terdapat kelemahan dalam klasifikasi ini, yaitu belum mampu mendefinisikan
kingdom monera secara tepat sehingga didalam kelompok kingdom monera sendiri
masih memiliki perbedaan yang cukup signifikan baik dalam hal RNA polymerase,
RNA sequences, Introns, membran lipid dan lainnya.
6. Sistem Klasifikasi 6 Kingdom
1.
Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
2.
Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan)
3.
Kingdom Protista
4.
Kingdom Mycota (Dunia Jamur)
5.
Kingdom Eubacteria
6.
Kingdom Archaebacteria
Sistem ini dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Carl Woese 1977.
Pengklasifikasian ini berawal dari ditemukannya golongan monera archaebacteria
di samudera dalam yang memiliki perbedaan dengan kingdom monera lainnya
(eubacteria). Analisis archaebacteria menunjukkan bahwa kelompok ini lebih
menyerupai eukariota dibanding saudaranya (prokariotik). Hal ini adalah
salah satu alasan menagapa kingdom monera menjadi kingdom archaebacteria dan
eubacteria. Namun bagi beberapa pakar ilmuwan sering menjadi pro dan kontra,
karena kingdom monera merupakan kingdom yang sudah mencakup bakteri archae dan
eubacteria sehingga menurut mereka tidak perlu di bagi lagi. Kelebihannya
adalah mampu menjelaskan kingdom monera secara spesifik, sehingga memberikan
informasi yang cukup signifikan bagi kingdom monera.
7. Sistem Klasifikasi 7 Kingdom
1.
Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
2.
Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan)
3.
Kingdom Protista (Protozoa)
4.
Kingdom Chromista
5.
Kingdom Eumycota
6.
Kingdom Eubacteria
7.
Kingdom Archaebacteria
Sistem ini diperkenalkan oleh ahli Cavalier-Smith tahun 1998.
sistem ini dikembangkan dari sistem kingdom sebelumnya dan secara garis besar
digolongkan dalam dua kelas utama prokariot dan eukariot (2 Empires, Chatton
1937) dari kedua golongan besar ini dibagi lagi, eukariot mencakup Animalia,
Plantae, Protozoa (protista), Eumycota dan Chromista. Sedangkan golongan
prokariot mencakup Eubacteria dan Archaebacteria.
Disini terdapat kingdom baru yaitu Chromista yang anggotanya merupakan
bagian dari kingdom fungi dan protista yaitu Oomycota, Hyphochytriomycota,
Bacillariophyta, Xanthophyta, Silicoflagellates, Chrysophyta, dan Phaeophyta.
Golongan ini berbeda dari kingdom asalnya karena mereka meiliki klorofil a dan
c, tidak menyimpan makanan sebagai kanji melainkan sebagai minyak dan umumnya
menghasilkan sel dengan dua flagella yang berlainan. Karena sebagian kingdom
mycota sudah digolongkan ke dalam kingdom chromista maka kingdom ini berubah
menjadi kingdom eumycota. Kingdom protista lebih akrab dikenal sebagai kingdom
protozoa. Klasifikasi system ini lebih sempurna dari kingdom sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar