Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup
Masa sejarah
dan perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup dibagi menjadi 6 sistem berdasarkan
cara pemilihan sifat dalam penyusunan klasifikasi, adapun pembagian tersebut
antara lain :
1. Klasifikasi Sistem Manfaat/ Periode tertua
Dalam periode ini secara formal
belum dikenal adanya system klasifikasi yang diakui (sejak ada kegiatan dalam
taksonomi sampai kira-kira abad ke-4 sebelum masehi). Sejak awal kehidupan
manusia bergantung pada bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan, manusia sejak
dahulu telah melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam lingkup taksonomi,
seperti mengenali dan memilah-milah tumbuhan mana yang berguna baginya dan yang
mana yang tidak, termasuk pemberian nama, sehingga apa yang ditemukan dapat
dikomunikasikan kapada pihak lain.
Dalam zaman prasejarah orang telah
mengenal tumbuh-tumbuhan penghasil bahan pangan yang penting seperti yang kita
kenal sampai saat ini. Jenis-jenis tumbuhan ini diperkirakan telah diperkenal
sejak 7 sampai 10 ribu tahun yang telah lalu, telah dibudidayakan oleh bangsa
Mesir, China, Asiria dan Tigris Di Timur Tengah serta bangsa-bangsa Indian di
Amerika Utara dan Selatan, sejak beberapa ribu tahun yang lalu telah dikenal
berbagai jenis tumbuhan yang merupakan penghasil bahan pangan, sandang, dan
bahan obat yang berarti bahwa sebenarnya merekapun telah menerapkan suatu
sistem klasifikasi, dalam hal ini suatu system klasifikasi yang didasarkan atas
manfaat tumbuhan, sehingga tidak dapat dianggap sebagai system buatan yang
tertua.
Jelaslah bahwa sejak berpuluh –
puluh abad yang lalu orang telah terjun dalam kegiatan – kegiatan taksonomi
tumbuhan, walaupun pengetahuan yang telah mereka kumpulkan belum begitu
berarti, juga belum ditata, belum menunjukan hubungan sebab dan akibat,
sehingga belum dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan (science) menurut ukuran
sekarang.
Sekalipun tidak ada bukti-bukti
konkrit yang berwujud peninggalan-peninggalan yang berupa dokumen-dokumen atau
bentuk karya tulis lainnya, tidak perlu diragukan lagi bahwa sesuai dengan
pernyataan Bloembergen, permulaan taksonomi tumbuhan harus digali dari
kedalaman sejarah peradaban manusia di bumi ini.
2. Periode system Habitus/ Bentuk
Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu
pengetahuan baru di anggap pada abad ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang
Yunani yang dipelopori oleh Theophrastes (370-285 SM) seorang murid dari filsuf
Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles sendiri adalah murid filsuf Yunani yang
semashur yaitu plato. Aristoteles adalah filusuf Yunani (384-422) adalah orang yang
pertama merintismengadakan klasifikasi hewanberdasarkan ciri-cirinya. Dia
berhasil mengelompokan seribu jenis hewan tang dikenalnya. Oleh sebab itu, dia
dijuluki bapa zoologi. Sistem
klasifikasi yang diusulkan bangsa Yunani dengan Theophrastes sebagai pelopornya
juga diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu terus
dipakai sampai selama lebih 10 abad.
Pengklasifikasian tumbuhan terutama
didasarkan atas perawakan (habitus) yang golongan-golongan utamanya disebut
dengan nama pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan terna. System
klasifikasi ini bersifat dominan dari kira-kira abad ke-4 sebelum masehi sampai
melewati abad pertengahan, dan selama periode-periode ini ahli-ahli botani,
herbalis, dan filsuf telah menciptakan sistem-sistem klasifikasi yang pada
umumnya masih bersifat kasar, namun sering dinyatakan telah mencerminkan adanya
hubungan kekerabatan antara golongan yang terbentuk.
Theophrastes sendiri yang dianggap
sebagai bapaknya ilmu tumbuhan, dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum
telah memperkenalkandan memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis
tumbuhan. Dalam karya ini system klasifikasi yang diterapkan oleh Theoprastes
telah mencerminkan falsafah guru dan eyang gurunya ( Aristoteles dan Plato),
yaitu suatu suatu system klasifikasi tumbuhan berdasarkan bentuk dan tekstur.
Selain golongan-golongan pohon, perdu, semak seperti yang disebut di atas, ia
juga mengadakan pengelompokan menurut umur dan membedakan tumbuhan berumur
pendek (annual), tumbuhan berumur 2 tahun (biennial), serta tumbuhan berumur
panjang (perennial).
Theophrastes juga telah dapat
membedakan bunga majemuk yang berbatas (centrifugal) dan yang tidak berbatas
(centripetal), juga telah dapat membedakan bunga dengan daun mahkota yang bebas
(polipetal atau dialipetal) dan yang berlekatan (gamopetal atau simpetal)
bahkan ia telah dapat mengenali perbedaan letak bakal daun yang tenggelam dan
yang menumpang. Adapun yang telah dilakukan oleh theoprastes hasil klasifikasi
tumbuhan yang telah diciptakan masih dianggap nyata-nyata merupakan suatu
sistem artifisial.
3. Periode Sistem Buatan/ Artificial
Periode ini terjadi pada permulaan
abad ke 18, yang ditandai dengan sifat sistem yang murni artifisial, yang
sengaja dibuat sebagai sarana pembantu dalam identifikas tumbuhan. Sistem ini
tidak menggunakan bentuk dan tekstur tumbuhan sebagai dasar utama
pengklasifikasian. Tetapi pengambilan kesimpulan mengenai kekerabatan antara
tumbuhan.
Dalam periode ini tokoh yang paling
menonjol adalah Karl Linne (Carolus Linneaus) Dibawah bimbingan Dr. Rudbeck ia
menerbitkan karyanya yang pertama kali mengenai seksualitas tumbuhan. Setelah
menjadi dosen ia menerbitkan karyanya yang berjudul Hortus Uplandikus
yang memuat nama-nama semua tumbuhan yang terdapat dikebunraya di Upsala, yang
susunannya mengikuti sistem de Tournefort. karena jumlah tumbuhan dikebun raya
tadi makin besr jumlahnya maka linneaus menerbitkaan Hortus Uplandikus
edisi baru yang disusun menurut ciptaannya sendiri yang dikenal sebagai Sistema
Sexsuale atau sistem seksual. Doktor Gronovius seorang dokter dan
naturalis, begitu oleh Linneaus, dan Lawson menawarkan kepada Linneaus untuk
membiayai penerbitan naskahnya yaitu Sistema Naturae yang memuat
dasar-dasar pengklasifikasian tumbuhan hewan dan mineral. Selama tahun 1737
sewaktu dinegeri Belanda karya Linneaus yang diterbitkan berjudul Genera
Plantarum dan Flora Lavonica sambil menunggu pencetakan
naskah-naskah itu Linneaus diberi kesempatan oleh Clifford untuk berkunjung ke
Inggris, dan sekembalinya dari Inggris selama sembilan bulan ia menyiapkan
naskah Hortus Cliffortianus yang berisi jenis-jenis tumbuhan yang
dipelihara dalam kebunnya Clifford selama tiga tahun di Belanda dari tahun 1737
sampai 1739 merupakan masa yang paling produktif bagi Linneaus. Kurang lebih
ada 14 judul tulisannya terbit waktu itu, yang sebagian besar telah
dipersiapkan ketika ia masih di Swedia.
Setelah kembali lagi ke Swedia tidak
lagi terbit karyanya yang berarti dari linneaus selain spesies plantarum yang
terbit 1 mei 1753. Pada tahun 1775 ia mengundurkan diri sebagai guru besar dan
tiga tahun kemudian meninggal dunia setelah menderita sakit selama kurang lebih
2 tahun (10 januari 1778).
Sistem klasifikasi tumbuhan yang
diciptakan oleh Linnaeus masih dikategorikan sebagai sistem artivisial. Nama Sistema
Sexsuale untuk sistem yang diciptakan sebenarnya tidak begitu tepat karena
pada dasarnya sistem ini tidak ditekankan pada masalah jenis kelamin, tetapi
pada kesamaan jumlah alat-alat kelamin seperti jumlah benangsari. Nama-nama
golongan tumbuhan yang diciptakan oleh linnaeus seperti monandria (berbenang
sari tunggal), diandria (berbenangsari dua), triandria berbenangsari tiga dan
seterusnya. Itulah sebabnya sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus
dikenal pula sebagai sistem numerik.
Ciptaan Linnaeus ini meupakan sistem
yang dinilai revolusioner untuk masa itu, dan memberikan pengaruh yang lebih
besar dari pada sumbangan linnaeus yang lain,dan sistem ini sengaja dirancang
sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai
pencipta sistem tatanama ganda yang ia terapkan dalam bukunya Species
plantarum yang diterbitkan pada tanggal 1 mei 1753 yang menjadi pangkal
tolak berlakunya tatanama tumbuhan yang diakui.
Sesungguhnya linnaeus dianggap tidak
tepat bila ia sebagai pencipta tatanama ganda. Sebelum linnaeus, sistem
tatanama ganda telah dirintis oleh caspar bauhin, yang dalam tahun 1623 dalam
bukunya pinax theatri botanici telah menerapkan sistem tatanama ganda
pada tumbuhan. Karena besar jasa-jasa yang diberikan oleh linnaeus bagi
perkembangan taksonomi umumnya dan taksonomi tumbuhan khususnya bagi dunia ilmu
hayat linnaeus mendapatkan gelar sebagai “Bapak Taksonomi” baik hewan maupun tumbuhan dan juga mendapat
pengakuan dari negara yang diberikan oleh raja swedia yang mengangkat linnaeus
ke jenjang bangsawan, sehingga nama karl linne diubah menjadi karl von linne.
4. Periode Sistem Alamiah
Menjelang berakhirnya abad ke-18
terjadi perubahan-perubahan yang revolusioner dalam pengklasifikasiaan tumbuhan.
Sistem klasifikasi yang baru ini disebut “sistem alam” yaitu golongan yang
terbentuk merupakan unit-unit ynag wajar (natural) bila terdiri dari
anggota-anggota itu,dan dengan demikian dapat tercermin pengertian manusia
mengenai yang disebut yang dikehendaki oleh alam. Secara harfiah istilah
“sistem alam” untuk aliran baru dalam klasifikasi ini tidak begitu tepat karena
pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan. Untuk sitem
klasifikasi yang digunakan dalam periode ini, digunakan nama “sistem alam”
(natural system) dengan maksud untuk memenuhi keinginan manusia akan adanya
penataan yang tepat yang lebih baik dari sistem-sistem sebelumnya.
5. Periode Sistem Filogenetik
Teori evolusi, teori desendensd atau
teori keturunan seperti yang diciptakan oleh darwin merupakan suatru teori
hingga sekarang oleh sebagian orang terutama tokoh agama masih dianggap
kontroversial dan tetap ditentang kendati ajaran itu tetap diterima dan cepat
tersebar luas dikalangan kaum ilmuan yang begitu fanatik terhadap teori ini
sampai ada yang menyatakan, bahwa “ evolusi bukannya teori lagi, tetapi adalah
suatu aksioma yang tidak perlu diragukan kebenarannya, dan oleh karenanya tidak
perlu diperdebatkan lagi “.
Sistem klasifikasi dalam periode ini
berupaya untuk mengadakan penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan
urutan – urutan golongan itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan
demikian juga menunjukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang satu dengan
yang lain. Jadi dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah “filogeni”
dan dari sini lahirlah nama “sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian
muncul sistem klasifikasi yang berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan
interpretasi para ahli biologi mengenai yang disebut filogeni itu masih berbeda
– beda.
6. Sistem Klasifikasi Kontemporer
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pesat dalam abad ke-20 ini pasti akan berpengaruh pula terhadap
perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan. Kecenderungan untuk mengkuantitatifkan
data penelitian dan penerapan matematika dalam pengolahan data yang diperoleh
telah menyusup pula ke dalam ilmu-ilmu sosial yang semula tak pernah atau belum
memanfaatkan matematika serta belum mempertimbangkan pula
kemungkinan-kemungkinan yang dapat di capai dengan penerapan pendekatan
kuantitatif matematik.
Perkembangan teknologi, khususnya di
bidang elektronika yang dalam abad nuklir maju dengan pesat ini, telah pula
menjamah bidang taksonomi tumbuhan, yang sejak beberapa dasawarsa belakangan
ini juga sudah di jalari “penyakit” penerapan metode penelitian kuantitatif
yang pengelohan datanya memanfaatkan jasa-jasa komputer pula. Komputer telah
digunakan secara luas dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi
tumbuhan, yang melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yang dikenal
sebagai taksonomi numerik,taksometri atau taksonometri.
Pengolahan data secara elektronik
(EDP—Elektronic Data Processing), juga sudah diterapkan untuk berbagai prosedur
dalam penelitian taksonomi antara lain dalam penyimpanan dan pengambilan
laporan-laporan atau informasi.
Terima kasih infony
BalasHapusIya terimakasih kembali😊
BalasHapusIya terimakasih kembali😊
BalasHapus